Apa itu penalaran?
Untuk dapat memahami dan mengerti suatu ilmu pengetahuan, manusia perlu
melakukan penalaran dan penelitian terhadap pengetahuan tersebut. Salah satu
syarat suatu pengetahuan dapat menjadi ilmu pengetahuan adalah bahwa
pengetahuan tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang ilmiah.
Pengertian Penalaran
Penalaran
(reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan
bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran
adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah
kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi,
pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Definisi
Penalaran Menurut Para Ahli
1. Keraf
(1985: 5) berpendapat
bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti,
fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
2.
Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning
merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses
pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari
beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
3.
Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa
penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang
berupa pengetahuan.
Dalam
penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis
(antesedence) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Melalui proses penalaran, kita memperoleh kesimpulan yang berupa asumsi,
hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.
Tahap-tahap Penalaran
Menurut John
Dewey, proses penalaran manusia melalui tahapan sebagai berikut.
1. Timbulnya rasa kesulitan,
baik dalam bentuk kesulitan penyesuaian terhadap suatu peralatan, kesulitan
mengenai sifat, ataupun kesulitan dalam menerangkan berbagai hal yang muncul
secara tiba-tiba.
2. Perasaan kesulitan ini
selanjutnya diberi definisi dalam bentuk permasalahan
3. Timbul suatu kemungkinan
pemecahan yang dapat berupa perkiraan-perkiraan, dugaan sementara, atau
teori-teori
4. Ide-ide pemecahan tersebut
diuraikan secara rasional dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di
atas dan menyimpulkan baik melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
Ciri-ciri Penalaran
Suatu penalaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Suatu penalaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya
pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan
petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta
atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Cara-cara Penalaran
Penalaran dapat dilakukan
melalui tiga cara berikut:
1. Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu cara berpikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau alasan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika tertentu. Penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur berikut:
a. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
b. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Contoh penalaran deduktif:
Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran sosiologi
Premis minor : Tuti adalah siswi kelas X SMA
Kesimpulan : Tuti wajib mengikuti jam pelajaran sosiologi
2. Induktif
1. Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu cara berpikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau alasan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika tertentu. Penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur berikut:
a. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
b. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Contoh penalaran deduktif:
Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran sosiologi
Premis minor : Tuti adalah siswi kelas X SMA
Kesimpulan : Tuti wajib mengikuti jam pelajaran sosiologi
2. Induktif
Penalaran
induktif sangat berbeda dengan deduktif, sebab memulai suatu penalaran dari
hal-hal atau pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus untuk mementukan
kesimpulan atau hukum yang bersifat mum. Dalam penalaran induktif, kesimpulan
ditarik dari sekumpulan fakta, peristiwa, atau pernyataan yang bersifat khusus.
Misalnya setiap manusia yang diamati akan merasa lapar jika tidak makan apapun
selama 12 jam. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa manusia akan merasa lapar jika
tidak makan selama 12 jam.
3. Pendekatan Ilmiah
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan
Ilmiah merupakan gabungan antara cara penalaran deduktif dan induktif. Dalam
pendekatan ilmiah, penalaran disertai suatu dugaan sementara (hipotesis).
Pengertian
Proposisi
Menurut kbbi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) proposisi merupakan sebuah ungkapan atau pernyataan yang
dapat disangsikan, disangkal, atau diyakini, serta dapat dibuktikan benar atau
tidaknya. Proporsi sendiri terbentuk atas tiga unsur, yaitu subjek oredikat dan
kopula. (melansir dari id.wikipedia.org). Subjek merupakan pelaku atau pihak
yang melakukan perkara. Sementara itu, predikat adalah perkara yang dikenakan
kepada subjek. Adapun definisi kopula adalah penghubung antara subjek dan
predikat. Agar lebih paham, perhatikanlah contoh di bawah ini!
Manusia adalah makhluk hidup.
Pada kalimat di atas,
kata manusia berperan sebagai subjek, sedangkan makhluk
hidup adalah predikatnya. Adapun kopula pada kalimat di atas ialah
kata adalah.
Jenis-Jenis
Proposisi
Proposisi terbagi atas
beberapa jenis, yaitu:
- Proposisi tunggal: merupakan proposisi yang terdiri atas
satu subjek dan predikat. Contoh: kucing adalah hewan peliharaan. (Subjek:
kucing, Predikat: hewan peliharaan)
- Proposisi majemuk: merupakan proposisi yang terdiri atas
satu subjek dan dua predikat atau bisa juga terdiri atas dua proposisi
tunggal. Misalnya: kucing adalah hewan peliharaan sekaligus hewan
omnivora. (Subjek: kucing, predikat: hewan peliharaan dan hewan omnivora)
- Proposisi kategorial atau
kategories: merupakan
proposisi yang berisi pernyataan yang membenarkan atau menyalahkan secara
mutlak. MIsalnya: semua makhluk hidup pasti akan mati.
- Proposisi kondisional: merupakan proposisi yang berisi
pernyataan yang berisi pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau
opsional. Misal: langit akan gelap jika akan terjadi hujan. Proposisi
sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
- Hipotesis: berisi pembenaran atau pengingkaran
yang berisi sebuah syarat. Misal: lubang jalan akan tergenang air jika
waktu hujan deras tiba.
- Disjungtif: berisi pernyataan yang berupa pilihan
dan biasanya terkandung kata atau di dalamnya. Misal:
Melly harus memilih apakah dia akan melanjutkan S2 atau menikah
terlebih dahulu.
- Proposisi universal: merupakan proposisi yang berisi
pernyataan suatu hal secara keseluruhan. Biasanya proposisi ini
menggunakan kata semua di dalamnya. Misal: semua manusia
pasti mempunyai dua mata.
- Proposisi partikular: merupakan proposisi yang menyatakan
suatu hal secara tidak menyeluruh atau sebagian saja. Proposisi ini
biasanya ditandai dengan adanya penggunaan frasa tidak
semua. Misalnya: tidak semua anak laki-laki itu
kurang ajar.
- Proposisi singular: merupakan proposisi yang menyatakan
suatu hal secara khusus dan biasanya terkandung kata ini atau itu di
dalamnya. Contoh: rumah itu milik Pak Zahrawi.
Bentuk
Proposisi
Proposisi mempunyai sejumlah
bentuk, yaitu:
- Proposisi bentuk A: merupakan bentuk proposisi yang
menyatakan bahwa setiap subjek adalah predikat. Misalnya: setiap makhluk
hidup adalah ciptaan Tuhan.
- Propoisisi bentuk E: merupakan bentuk proposisi yang
menyatakan bahwa setiap subjek bukanlah sebuah predikat. Misal: setiap
laki-laki bukan perokok aktif.
- Proposisi bentuk I: merupakan bentuk proposisi yang
menyatakan bahwa sebagian subjek adalah predikat. Misal: sebagian
mahasiswa adalah anak seorang pejabat.
- Proposisi bentuk O: merupakan proposisi yang menyatakan
bahwa sebagian subjek bukanlah predikat. Misal: sebagian mahasiswa
bukanlah anak seorang pejabat.
INFERENSI dan IMPLIKASI
Kata inferensi berasal
dari kata Latin inferred yang berarti menarik
kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu
dari kataimplicare yang
berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam
ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang
diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada.
Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada
karena sudah dirangkum dalam fakta atau efidansi itu sendiri
Inferensi
Inferensi adalah suatu proses
untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui.
Inferensi adalah konklusi logis atau implikasi
berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi
dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference engine. Ketika
representasi pengetahaun pada bagian knowledge base telah lengkap, atau
paling tidak telah berada pada level yang cukup akurat, maka representasi
pengetahuan tersebut telah siap digunakan. Inferensi merupakan sebuah pekerjaan
bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus
siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu
penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau
(penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan
inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca
(pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan)
samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).
a. Inferensi
Langsung
Inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan
kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : “Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada.”
Contoh : “Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada.”
Maka inferensi dari ungkapan
tersebut : bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.
b. Inferensi
Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi
baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Implikasi
Implikasi adalah akibat yang
terjadi berdasarkan suatu peristiwa.
Contoh : “Jika dia botak, maka dia berdiri.”
Contoh : “Jika dia botak, maka dia berdiri.”
Ketika contoh tersebut
dituliskan dengan cara lain, maka akan menjadi seperti ini:
“Botak adalah syarat cukup
untuk berdiri.
Berdiri adalah syarat perlu untuk botak.”
Berdiri adalah syarat perlu untuk botak.”
WUJUD EVIDENSI
Menurut
KBBI, evidensi adalah kenyataan yang tampak, penampakan secara jelas, alat
bukti, tanda penyaksian, keterangan. Pengertian evidensi adalah semua fakta
yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil
pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena.
Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
Unsur yang
paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya
sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi,
seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia
mengganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami
sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.
Dalam
wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang
dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari
suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
informasi (bahan keterangan).
CARA MENGUJI DATA
Data adalah
catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum,
berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang
diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan
yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau
pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka,
kata-kata, atau citra.
Menurut
berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan sebagai berikut:
Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
Menurut
sifatnya, data dibagi atas dua bagian yaitu:
a.
Data
Kualitatif
Data kualitatif
adalah data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas objek yang dipelajari.
b. Data
Kuantitatif
Data
kuantitatif adalah data yang memiliki harga yang berubah-ubah atau bersifat
variabel.
Menurut
sumbernya data dibagi menjadi:
a.
Data
Intern
Data intern
adalah data yang diperoleh atau bersumber dari dalam suatu instansi (lembaga
atau organisasi ).
b.
Data
Ekstern
Data ekstern
adalah data yang diperoleh atau bersumber dari luar instansi. Data ekstern
dapat dibagi menjadi:
1.
Data
Primer
Data primer
adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang
menggunaklan data tersebut. Data yang diperoleh seperti hasil wawancara atau
pengisian kuisioner yang biasa dilakukan peneliti. Dalam metode pengumpulan
data primer, peneliti atau observer melakukan sendiri penelitian atau observasi
di lapangan maupun di laboratorium. Pelaksanaannya dapat berupa survey atau
percobaan ( eksperimen ).
2.
Data
Sekunder
Data sekunder
adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh
peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses
lebih lanjut. Data sekunder didapat dari hasil penelitian lembaga atau instansi
seperti BPS, Mass Media, Lembaga Pemerintahan atau swasta dan
sebagainya. Yang menjadi perhatian dalam penggunaan data sekunder adlah
sumber data, batasan konsep yang digunakan, serta tingkat ketelitian dalam
pengumpulan data.
Menurut
jenisnya :
Data
terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.
Data
Kontinu
Data kontinu
merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran.
b.
Data
Diskrit
Data diskrit
merupakan data yang diperoleh dari hasil perhitungan.
Metode
pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Sedangkan instrument penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah atau dianalisis.
Dan
berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut :
·
Observasi
Fakta
yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau
penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan
sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang
pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek
data atau informasi itu.
·
Kesaksian
Keharusan
menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang
sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang
akan dibicarakan.
·
Autoritas
Cara
ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta
pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka
yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai
semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka
dalam bidang itu.
CARA
MENGUJI FAKTA
Untuk
menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian
tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta,
sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua
yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
1)
Konsistensi
Konsistensi dalam
ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik
yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat
diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi
semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki
model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam
logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang
digunakan.
2)
Koherensi
Koherensi
merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi
suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada
beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya
penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke
anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil
(simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu
(kala).
CARA
MENGUJI AUTORITAS
Menghindari
semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan atau hanya merupakan
pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
1.
Tidak
Mengandung Prasangka
Pendapat disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli ata didasarkan pada
hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.
Pengalaman
dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua
menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan
memperkuat kedudukannya.
3.
Kemashuran
dan Prestise
Ketiga yang harus
diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise
pribadi di bidang lain.
4.
Koherensi
dengan Kemajuan
Hal keempat
adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
Sumber :
No comments:
Post a Comment