Saturday, August 11, 2018

PENALARAN, PROPOSISI, EVIDENSI


Apa itu penalaran?
Untuk dapat memahami dan mengerti suatu ilmu pengetahuan, manusia perlu melakukan penalaran dan penelitian terhadap pengetahuan tersebut. Salah satu syarat suatu pengetahuan dapat menjadi ilmu pengetahuan adalah bahwa pengetahuan tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang ilmiah.
Pengertian Penalaran
Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).

Definisi Penalaran Menurut Para Ahli
1.     Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
2.    Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
3.    Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut premis (antesedence) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).  Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Melalui proses penalaran, kita memperoleh kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori.  Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.

Tahap-tahap Penalaran
Menurut John Dewey, proses penalaran manusia melalui tahapan sebagai berikut.
1. Timbulnya rasa kesulitan, baik dalam bentuk kesulitan penyesuaian terhadap suatu peralatan, kesulitan mengenai sifat, ataupun kesulitan dalam menerangkan berbagai hal yang muncul secara tiba-tiba.
2. Perasaan kesulitan ini selanjutnya diberi definisi dalam bentuk permasalahan
3. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang dapat berupa perkiraan-perkiraan, dugaan sementara, atau teori-teori
4. Ide-ide pemecahan tersebut diuraikan secara rasional dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkan baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.

Ciri-ciri Penalaran
Suatu penalaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.  Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
2.  Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3.  Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.

Cara-cara Penalaran
Penalaran dapat dilakukan melalui tiga cara berikut:
1. Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu cara berpikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau alasan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika tertentu. Penalaran deduktif dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur berikut:
a. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
b. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Contoh penalaran deduktif:
Premis mayor : semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran sosiologi
Premis minor : Tuti adalah siswi kelas X SMA
Kesimpulan : Tuti wajib mengikuti jam pelajaran sosiologi
2. Induktif
Penalaran induktif sangat berbeda dengan deduktif, sebab memulai suatu penalaran dari hal-hal atau pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus untuk mementukan kesimpulan atau hukum yang bersifat mum. Dalam penalaran induktif, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta, peristiwa, atau pernyataan yang bersifat khusus. Misalnya setiap manusia yang diamati akan merasa lapar jika tidak makan apapun selama 12 jam. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa manusia akan merasa lapar jika tidak makan selama 12 jam.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan Ilmiah merupakan gabungan antara cara penalaran deduktif dan induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai suatu dugaan sementara (hipotesis).


Pengertian Proposisi
Menurut kbbi (Kamus Besar Bahasa Indonesia) proposisi merupakan sebuah ungkapan atau pernyataan yang dapat disangsikan, disangkal, atau diyakini, serta dapat dibuktikan benar atau tidaknya. Proporsi sendiri terbentuk atas tiga unsur, yaitu subjek oredikat dan kopula. (melansir dari id.wikipedia.org). Subjek merupakan pelaku atau pihak yang melakukan perkara. Sementara itu, predikat adalah perkara yang dikenakan kepada subjek. Adapun definisi kopula adalah penghubung antara subjek dan predikat. Agar lebih paham, perhatikanlah contoh di bawah ini!
Manusia adalah makhluk hidup.
Pada kalimat di atas, kata manusia berperan sebagai subjek, sedangkan makhluk hidup adalah predikatnya. Adapun kopula pada kalimat di atas ialah kata adalah.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
  1. Proposisi tunggal: merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan predikat. Contoh: kucing adalah hewan peliharaan. (Subjek: kucing, Predikat: hewan peliharaan)
  2. Proposisi majemuk: merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan dua predikat atau bisa juga terdiri atas dua proposisi tunggal. Misalnya: kucing adalah hewan peliharaan sekaligus hewan omnivora. (Subjek: kucing, predikat: hewan peliharaan dan hewan omnivora)
  3. Proposisi kategorial atau kategories: merupakan proposisi yang berisi pernyataan yang membenarkan atau menyalahkan secara mutlak. MIsalnya: semua makhluk hidup pasti akan mati.
  4. Proposisi kondisional: merupakan proposisi yang berisi pernyataan yang berisi pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau opsional. Misal: langit akan gelap jika akan terjadi hujan. Proposisi sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
    • Hipotesis: berisi pembenaran atau pengingkaran yang berisi sebuah syarat. Misal: lubang jalan akan tergenang air jika waktu hujan deras tiba.
    • Disjungtif: berisi pernyataan yang berupa pilihan dan biasanya terkandung kata atau di dalamnya. Misal: Melly harus memilih apakah dia akan melanjutkan S2 atau menikah terlebih dahulu.
  5. Proposisi universal: merupakan proposisi yang berisi pernyataan suatu hal secara keseluruhan. Biasanya proposisi ini menggunakan kata semua di dalamnya. Misal: semua manusia pasti mempunyai dua mata.
  6. Proposisi partikular: merupakan proposisi yang menyatakan suatu hal secara tidak menyeluruh atau sebagian saja. Proposisi ini biasanya ditandai dengan adanya penggunaan frasa tidak semua. Misalnya: tidak semua anak laki-laki itu kurang ajar.
  7. Proposisi singular: merupakan proposisi yang menyatakan suatu hal secara khusus dan biasanya terkandung kata ini atau itu di dalamnya. Contoh: rumah itu milik Pak Zahrawi.
Bentuk Proposisi
Proposisi mempunyai sejumlah bentuk, yaitu:
  • Proposisi bentuk A: merupakan bentuk proposisi yang menyatakan bahwa setiap subjek adalah predikat. Misalnya: setiap makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan.
  • Propoisisi bentuk E: merupakan bentuk proposisi yang menyatakan bahwa setiap subjek bukanlah sebuah predikat. Misal: setiap laki-laki bukan perokok aktif.
  • Proposisi bentuk I: merupakan bentuk proposisi yang menyatakan bahwa sebagian subjek adalah predikat. Misal: sebagian mahasiswa adalah anak seorang pejabat.
  • Proposisi bentuk O: merupakan proposisi yang menyatakan bahwa sebagian subjek bukanlah predikat. Misal: sebagian mahasiswa bukanlah anak seorang pejabat.

INFERENSI dan IMPLIKASI

Kata inferensi berasal dari kata Latin inferred yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kataimplicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau efidansi itu sendiri
Inferensi
Inferensi adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui. Inferensi  adalah  konklusi  logis  atau  implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar,  proses inferensi dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference  engine. Ketika representasi pengetahaun pada bagian knowledge base  telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada level yang cukup  akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah siap digunakan. Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).
a.     Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : “Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada.”
Maka inferensi dari ungkapan tersebut : bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.

b.     Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.

Implikasi
Implikasi adalah akibat yang terjadi berdasarkan suatu peristiwa.
Contoh : “Jika dia botak, maka dia berdiri.”
Ketika contoh tersebut dituliskan dengan cara lain, maka akan menjadi seperti ini:
“Botak adalah syarat cukup untuk berdiri.
Berdiri adalah syarat perlu untuk botak.”

WUJUD EVIDENSI

Menurut KBBI, evidensi adalah kenyataan yang tampak, penampakan secara jelas, alat bukti, tanda penyaksian, keterangan. Pengertian evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi, seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

CARA MENGUJI DATA
Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Menurut berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan sebagai berikut:
Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
Menurut sifatnya, data dibagi atas dua bagian yaitu:
a.       Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas objek yang dipelajari.
b.    Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang memiliki harga yang berubah-ubah atau bersifat variabel. 

Menurut sumbernya data dibagi menjadi:
a.       Data Intern
Data intern adalah data yang diperoleh atau bersumber dari dalam suatu instansi (lembaga atau organisasi ).
b.       Data Ekstern
Data ekstern adalah data yang diperoleh atau bersumber dari luar instansi. Data ekstern dapat dibagi menjadi:
1.               Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang menggunaklan data tersebut. Data yang diperoleh seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner yang biasa dilakukan peneliti. Dalam metode pengumpulan data primer, peneliti atau observer melakukan sendiri penelitian atau observasi di lapangan maupun di laboratorium. Pelaksanaannya dapat berupa survey atau percobaan ( eksperimen ).
2.                    Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder didapat dari hasil penelitian lembaga atau instansi seperti BPS, Mass Media, Lembaga Pemerintahan atau swasta dan sebagainya. Yang menjadi perhatian dalam penggunaan data sekunder adlah sumber data, batasan konsep yang digunakan, serta tingkat ketelitian dalam pengumpulan data.

Menurut jenisnya :
Data terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.         Data Kontinu
Data kontinu merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran.
b.         Data Diskrit
Data diskrit merupakan data yang diperoleh dari hasil perhitungan.

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Sedangkan instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah atau dianalisis.

Dan berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut : 
·         Observasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
·         Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
·         Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.


CARA MENGUJI FAKTA

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1)           Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan.
2)           Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).

CARA MENGUJI AUTORITAS
Menghindari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan atau hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
1.             Tidak Mengandung Prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli ata didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2.             Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3.             Kemashuran dan Prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
4.             Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.



Sumber :


No comments:

Post a Comment