Tuesday, November 22, 2011

KEMAHASISWAAN


Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
Dalam kehidupan kemahasiswaan, terdapat banyak sekali kegiatan-kegiatan yang menjadi suatu perkumpulan atau organisasi. Secara tidak langsung, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam bidang intra atau ekstrakulikuler. Banyaknya UKM dan juga organisasi atau himpunan sangat berarti bagi kehidupan social mahasiswa. Karena itu, hubungan social mahasiswa sering terjadi didalam organisasi tersebut. Penyaluran pendapat juga dapat dilakukan di dalam organisasi. Oleh sebab itu, mahasiswa jadi lebih aktif dan juga inspiratif.
Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas-kampus. Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia, seperti organisasi Ikahimbi dan ISMKI. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia.
Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua pengurus organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh tunduk dan menyerah pada tuntutan lembaga kampus tempat organisasi itu bernaung, melainkan harus kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan. Salah satu wadah organisasi mahasiswa ini adalah BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa).

A. Permasalahan mahasiswa
1. Sumber masalah
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan mahasiswa akan terkait dengan
perkembangan yang dialami selama dalam perkembangannya. Seperti dijelaskan di
atas bahwa adanya perubahan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan
psikososial akan memberikan konsekuensi kepada kemunculan masalah.
a. Perubahan fisik
Perubahan kondisi fisik akan menyebabkan keprihatinan, hanya sedikit remaja
yang merasa puas dengan kondisi tubuhnya (Hurlock, 1999), sementara sebagian
besar mengalami ketidakpuasan. Keprihatinan akan kondisi tubuh dapat
menyebabkan munculnya konsep diri yang kurang baik dan rendahnya harga diri
mereka. Kepuasan terhadap kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting, bagi
remaja penampilan fisik beserta identifitas sosial merupakan ciri pribadi yang paling
jelas dan mudah dikenali orang lain dan menjadi daya tarik penting dalam kehidupan
sosial. Selain itu percepatan pertumbuhan fisik juga akan membuat kemampuan fisik
mereka mereka menjadi makin tinggi. Energi yang besar akan membuat para remaja
menyukai kegiatan yang bersifat fisik. Bentuk aktivitas yang menunjukan kekuatan
fisik akan menjadi sarana untuk menunjukan dirinya guna mendapatkan pengakuan.
Dalam konteks ini olah raga merupakan salah satu cara yang sehat untuk
menunjukan kemampuan fisik mereka, dan sebaliknya penyalahgunaan kemampuan
fisik dalam bentuk kekerasan meskipun dapat menunjukan kemampuan fisik, tetapi
jelas merupakan cara yang tidak tepat.
b. Perubahan emosi
Secara tradisional dijelaskan bahwa periode remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, sebutan ini menjelaskan mengenai ketegangan emosi yang
meninggi, sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Remaja akan mengalami
ketidakstabilan emosi sebagai akibata dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional,
tetapi dalam tahap perkembanganya sejalan dengan bertambahnya usia, emosi
mereka akan menjadi lebih stabil. Ekspresi emosi remaja agak berbeda dengan
anak-anak yang biasanya meledak-ledak, mereka akan mengungkapkannya dengan
cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang
yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri dengan orang yang memiliki benda
yang lebih banyak. Kemampuan remaja untuk mengelola emosi dapat terlihat
apabila mereka sudah dapat mengendalikan emosinya dengan tidak meledakannya,
tetapi dengan cara menunggu sampai waktu dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang
menunjukan kematangan emosi adalah mereka menilai dengan kritis atas sumber
pembangkit emosi sebelum bereaksi, artinya berpikir dahulu sebelum melakukan
suatu tindakan.
c. Perubahan sosial
Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang sangat
sulit. Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran-peran baru,
orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah selama ini, menyesuaikan diri
dengan lawan jenis. Di antara bagian yang tersulit dan terpenting adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
d. Perubahan kognitif (kemampuan berpikir)
Seperti dijelaskan di atas bahwa mahasiswa sudah mampu berpikir abstrak dan
menggunakan alasan-alasan yang ilmiah, sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah yang kompleks termasuk mengembangkan alternatif
pemecahan masalah yang mereka hadapi. Kemampuan mereka untuk melihat dari
perspektif yang berbeda juga akan muncul, sehingga akan tampak bahwa mereka
mampu melihat persoalan secara kritis mereka tidak akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Secara singkat sumber masalah yang dialami oleh siswa dan mahasiswa, dapat
dibagi menjadi 2 sumber, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
a. Sumber internal
Masalah yang bersumber dari dalam dapat berupa kondisi diri, kecerdasan, bakat,
minat, fisik, nilai, kreativitas, pribadi, keterampilan belajar, dan sebagainya.
c. Sumber eksternal
Masalah yang bersumber dari luar adalah : kondisi fisik dan sosio-emosional di
lingkungan keluarga dan sekolah/ kampus, hubungan dengan teman/ dosen/
keluarga, status sekolah atau perguruan tinggi, ketidakjelasan orientasi kerja, dan
sarana belajar.


2. Bentuk masalah
Secara umum masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut
a. Karier dan Pekerjaan
1) Belum memahami potensi diri
2) Kurang memahami bidang kerja yang akan dimasuki
3) Ingin mendapat pelatihan pendukung kesiapan kerja
4) Khawatir tidak mendapat pekerjaan atau dapat bekerja dengan baik
5) Belum merencanakan masa depan
b. Ekonomi dan Keuangan
1) Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga
2) Khawatir putus kuliah
3) Uang saku tidak yang cukup
4) Uang untuk membeli perlengkapan belajar tidak cukup
5) ingin mendapatkan beasiswa
c. Diri Pribadi
1) Daya juang yang rendah
2) Kurang serius
3) Ceroboh
4) Kurang percaya diri dan pemalu
5) Kurang terbuka pada orang lain
6) Takut tidak diterima dalam kelompok
d. Pendidikan dan Pelajaran
1) Kurang memahami istilah asing
2) Sukar menyelesaikan masalah
3) Kurang memahami penjelasan dosen
4) Sukar belajar kelompok
5) Takut bicara di kelas
6) Kurang mampu memahami buku & membaca cepat
7) Kurang kosentrasi
8) Kurang mampu belajar efektif
9) Khawatir gagal/mendapat nilai rendah
10) Cara mengajar dosen membosankan
11) Meragukan manfaat masuk perguruan tinggi
e. Keluarga
1) Konflik orangtua
anak
2) Komunikasi kurang harmonis
3) Dijodohkan orangtua
4) Dendam terhadap orangtua
5) Orangtua mengalami gangguan mental
6) Orangtua meninggal dunia

3. Indikator munculnya masalah
Kemunculan suatu masalah yang dialami oleh mahasiswa dapat diidentifikasi
dari :
a. Indeks prestasi/nilai yang rendah
b. Pindah sekolah atau keluar
c. Tingkat kehadiran yang rendah
d. Masa studi yang panjang
e. Banyak cuti
f. Perubahan tingkah laku
Munculnya masalah masalah di atas seringkali merupakan manifestasi lanjutan
dari masalah yang tidak terselesaikan, karena itu ada pentingnya untuk
mengidentifikasi masalah secara lebih dini.


B. Cara mengidentifikasi kemunculan masalah
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya masalah
pada mahasiswa adalah :
1. Laporan hasil belajar
Prestasi yang tercatat dalam laporan hasil belajar (KHS) dapat menjadi petunjuk
adanya masalah. Perubahan prestasi yang drastis menunjukan bahwa mahasiswa
sedang mendapat suatu persoalan yang mungkin mereka sadari atau tidak disadari.
Dosen dapat melihat laporan hasil belajar sebagai petunjuk awal guna menelusuri lebih
lanjut melalui teknik lain berupa wawancara dan observasi.
2. DCM atau AUM
DCM (daftar cek masalah) atau AUM (alat ungkap masalah) merupakan alat
pengumpul data terstandar yang digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya untuk
mengetahui permasalahan yang dialami oleh para siswa dan mahasiswa.
3. Observasi
Teknik observasi yang baik dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada
mahasiswa yang mengalami masalah. Kecenderungan menyembunyikan masalah pada
siswa/mahasiswa dapat ditanggulangi dengan observasi yang tajam. Observasi ini
ditujukan kepada tingkah laku yang ditunjukan oleh mahasiswa yang diduga mengalami
masalah, baik ketika yang bersangkutan sedang sendirian atau sedang bersama-sama
teman.
4. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang baik untuk mengungkapkan adanya
masalah. Berbeda dengan penelitian pada umumnya atau wawancara investigasi,
wawancara yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah tidak merupakan wawacara
terstruktur, dilakukan dengan rileks tidak menekan. Ciptakan situasi yang nyaman, agar
ybs dapat lebih terbuka.

5. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group discussion/FGD)
Merupakan bentuk diskusi yang membahas situasi atau masalah tertentu. Terdiri
dari 8 hingga 12 orang. dosen dapat menggunkan teknik ini untuk mengungkapkan persoalan
yang mereka hadapi. FGD yang baik dapat mengungkapkan masalah yang selama ini
tersembunyi (latent) karena terdapat interaksi dari peserta. Selain mendapatkan
informasi verbal yang mereka sampaikan, guru/dosen juga dapat mendapatkan
informasi melalui observasi yang juga dilakukan ketika diskusi berlangsung. Akan lebih
baik apabila menggunakan rekaman suara dan video ketika FGD berlangsung sehingga
dapat dilihat/didengar secara berulang-ulang.
6. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau
saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui
dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu
kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa
subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya
diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar 2. 1 di bawah,
yang mencatat hubungan seluruh kelompok.

C. Strategi Intervensi
Identifikasi masalah yang berhasil akan dapat menimalisasi masalah dan
mencegah meluasnya masalah yang dihadapi oleh siswa/mahasiswa. Namun demikian
intervensi harus tetap dilakukan. Terdapat beberapa jenis layanan (informasi, orientasi,
penempatan & penyaluran, pembelajaran, bimbingan dan konseling dalam setting
individual/kelompok) yang dilakukan oleh dosen mata kuliah, PA, nara sumber, tutor,
sebaya
1. Jenis-jenis Intervensi:
a. Mengajarkan materi baru
b. Mengajarkan kembali materi yang sulit
c. Menyediakan bahan ajar
d. Mengerjakan/membahas soal-soal
e. Belajar kelompok
f. Diskusi kelompok
g. Mengerjakan tugas terstruktur
h. Belajar/praktik di laboratorium
i. Studi lapangan
j. Kesempatan magang
k. PKL
l. Pelatihan penunjang karier
m. Memberikan konseling individual/kelompok

            Banyaknya kegiatan-kegiatan dalam kemahasiswaan membuat kehidupan dalam dunia perkuliahan lebih kritis dan dinamis. Seorang “mahasiswa” bukanlah orang yang masih melimpahkan tanggung jawabnya kepada orang lain, tetapi adalah orang yang harus belajar tentang bagaimana tanggung jawab atas dirinya masing-masing. Mahasiswa yang telah berfikir menuju kedewasaan harus bisa membedakaan antara tuntutan organisasi dengan tuntutan prinsip diri sendiri. Dengan hal itu, seorang mahasiswa dapat menentukan jalan yang ia pilih.
            Dengan perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mahasiswa juga harus lebih menyesuaikan diri. Hal ini dapat mengukuhkan pemikiran mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang sudah dianggap sebagai orang yang mempunyai keyakinan serta emosional yang kuat, bukan berarti harus menjawab tantangan hidupnya sendirian. Peran orang tua serta kerabat terdekatnya sangatlah penting dalam perkembangan kehidupan. Keyakinan dan juga lingkungan akan sangat mempengaruhi pemikiran tiap-tiap mahasiswa. Maka dari itu, pengawasan dan juga kontrol diri dari mahasiswa sangatlah diutamakan agar bukan hanya menjadi mahasiswa yang aktif dan inspiratif, tetapi juga menjadi seorang pribadi yang kuat dan teguh serta memberikan pengaruh positif bagi lingkungan dan teman-teman sesama mahasiwa.

Wednesday, October 26, 2011

Pemuda dan Sosialisasi

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda ini disebakan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyusuan diri dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan mempunyai masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu terjadi secara lambat dan teratur (evolusi)
Sebagian besar pemuda mengalami pendidikan yang lebih daripada orang tuanya. Orang tua sebagai peer group yang memberikan bimbingan, pengarahan, karena merupakan norma-norma masyarakat, sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya. Banyak sekali masalah yang tidak terpecahkan karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami dan diuangkapkannya.
Dewasa ini umum dikemukakan bahwa secara biologis dan politis serta fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Contohnya seperti pemuda-pemuda yang sudah menikah, mempunyai keluarga, menikmati hak politiknya sebagai warga Negara tapi dalam segi ekonominya masih tergantung kepada orang tuanya.

B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Bagaimana Pengertian tentang pemuda.
2. Bagaimana pengertian sosialiasi
3. Bagaimana pengertian Internalisasi
4. Bagaimana gambaran pemuda dan identiasnya

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana pengertian dari pemuda, bagaimana pengertian dari sosialisasi dan Internalisasi pemuda. Dan bagaimana gambaran pemuda dengan identitas dirinya. Serta berbagai masalah yang terjadi pada pemuda-pemuda sekarang.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.


BAB II
PEMUDA DAN SOSIALISASINYA DALAM PERMASALAHAN GENERASI NASIONAL


A. Pengertian Pemuda
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di dalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat, antara lain:
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.

B. Sosialisasi Pemuda
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
a) Proses sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi.
b) Media Sosialisasi
• Orang tua dan keluarga
• Sekolah
• Masyarakat
• Teman bermain
• Media Massa.
c) Tujuan Pokok Sosialisasi
• Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.

C. Internalisasi
Adalah proses norma-norma yang mencakup norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
a. Pendekatan klasik tentang pemuda
Melihat bahwa muda merupakan masa perkembangan yang enak dan menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis seseorang yang bersifat seketika dan suatu waktu akan hilang dengan sendirinya, maka keanehan-keanehan yang menjadi ciri khas masa muda akan hilang sejalan dengan berubahnya usia.
Menurut pendekatan yang klasik ini, pemuda dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai aspirasi sendiri yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat. Selanjutnya munculah persoalan-persoalan frustasi dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan dengan kenyataan. Dan timbulah konflik dalam berbagai bentuk proses. Di sinilah pemuda bergejolak untuk mencari identitas mereka.

b. Dalam hal ini hakikat kepemudaan ditinjau dari dua asumsi pokok.
Penghayatan mengenai proses perkembangan manusia bukan sebagai suatu koninum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah dan setiap pragmen mempunyai arti sendiri-sendiri.
Asumsi wawasan kehidupan adalah posisi pemuda dalam arah kehidupan sendiri. Perbedaan antar kelompok-kelompok yang ada, antar generasi tua dan pemuda, misalnya hanya terletak pada derajat ruang lingkup tanggung jawabnya.
Generasi tua sebagai angkatan-angkatan yang lalu (passing generation) yang berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus. Dan generasi pemuda yang penuh dinamika hidup berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang mulai melemah, disamping memetik buah-buah pengalamannya, yang telah terkumpul oleh pengalamannya.
Pihak generasi tua tidak bisa menuntut bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan dunia. Dana melihat generasi muda sebagai perusak tatanan sosial yang sudah mapan, sebaliknya generasi muda juga tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dunia. Dengan demikian maka adanya penilaian yang
baku (fixed standard) yang melihat generasi tua adalah sebagai ahli waris. Dari segala ukuran dan nilai dalam masyarakat, karena itu para pemuda menghakimi karena cenderung menyeleweng dari ukuran dan nilai tersebut karena tidak bisa diterima. Bertolak dari suatu kenyataan, bahwa bukan saja pemuda tapi generasi tua pun harus sensitif terhadap dinamika lingkungan dengan ukuran standard yang baik.
Dengan pendapat di atas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda, bahwa segala jenis ”kelainan” yang hingga kini seolah-olah menjadi hak paten pemuda akan lebih dimengerti sebagai suatu keresahan dari masyarakat sendiri sebagai keseluruhan. Secara spesifiknya lagi, gejolak hidup pemuda dewasa ini adalah respon terhadap lingkungan yang kini berubah dengan cepat.

D. Pemuda Dan Identitas
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah dan merupakan beban modal bagi para pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda juga menghadapi pesoalan seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua, frustasi, kecanduan narkotika, masa depan suram. Semuanya itu akibat adanya jurang antara keinginan dalam harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Kaum muda dalam setiap masyarakat dianggap sedang mengalami apa yang dinamakan ”moratorium”. Moratorium adalah masa persiapan yang diadakan masyarakat untuk memungkinkan pemuda-pemuda dalam waktu tertentu mengalami perubahan.
Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa generasi muda dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yakni:
1. Sosial psikologi
2. sosial budaya
3. sosial ekonomi
4. sosial politik

 Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
Ø
a. Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi muda
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia
d. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
e. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
f. Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur
g. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
h. Pergaulan bebas
i. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika
j. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
 Peran pemuda dalam masyarakat
Ø
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Peranan pemuda yang menolak unsur menyesuaikan diri dengan lingkungannya
c. Asas edukatif
d. Asas persatuan dan kesatuan bangsa
e. Asas swakarsa
f. Asas keselarasan dan terpadu
g. Asas pendayagunaan dan fungsionaliasi
 Arah Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda
Ø
Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda ditunjukan pada pembangunan yang memiliki keselarasn dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya yakni.
a. Orientasi ke atas kepada Tuhan Yang Masa Esa.
b. Orientasi dalam dirinya sendiri
c. Orientasi ke luar hidup di lingkungan
Peranan mahasiswa dalam masyarakat
a. Agen of change
b. Agen of development
c. Agen of modernization

BAB III
KESIMPULAN


Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini akan maju aman dan sentosa. Jika dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya, setiap generasi memiliki ciri-ciri khas corak atau watak pergerakan / perjuangan. Sehubungan dengan itu, sejak kebangkitan Nasional, di Indonesia pernah tumbuh dan berkembang tiga generasi yaitu generasi 20-an generasi 45 dan generasi 66, dengan masing-masing ciri khasnya.
Ada dua regenerasi, yaitu :
a. Regenerasi yang berlangsung alamiah. Artinya generasi berjalan lumrah seperti yang terjadi pada kelompok dunia tumbuhan atau hewan. Proses regenerasi ini berjalan sebagai biasa-biasa saja, berlangsung secara alami, tidak di ekspos atau dipublikasikan.
b. Regenerasi berencana, artinya proses regenerasi ini sungguh-sungguh direncanakan, dipersiapkan. Pada masyarakat, suku-suku primitip, proses regenerasi dibakukan dalam lembaga dapat yang disebut inisiasi. Oleh karena itu system regenerasi seperti ini lebih tepat disebut regenerasi Kaderisasi. Pada hakikatnya system regenerasi-kaderisasi adalah proses tempat para kader pimpinan para suku atau bangsa digembleng serta dipersiapkan sebagai pimpinan suku atau bangsa pada generasi berikutnya. Menggantikan generasi tua. Regenerasi-kaderisasi suatu suku atau bangsa diperlukan untuk dipertahankan kelangsungan eksistensinya serta kesinambungan suatu generasi atau bangsa, disamping dihadapkan terjaminnya kelestarian nilai-nilai budaya nenek moyang. Bidang pendidikan yang dapat menopang pembangunan dengan melahirkan tenaga-tenaga terampil dalam bidangnya masing-masing dapat digolongkan dalam tiga bidang yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, taufik, Pemuda dan Perubahan Social, LP3ES,
Jakarta, 1974.
Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta,
Jakarta, 2003
http://www.homeartikel.co.cc
http://www.anakciremai.com